Batu Bara

ITMG Proyeksikan Harga Batu Bara Stabil Hingga 2025

ITMG Proyeksikan Harga Batu Bara Stabil Hingga 2025
ITMG Proyeksikan Harga Batu Bara Stabil Hingga 2025

JAKARTA - Pergerakan harga batu bara dunia kembali menjadi sorotan pelaku pasar. Di tengah dinamika global yang memengaruhi komoditas energi, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) menilai tren harga batu bara berpotensi stabil hingga akhir 2025. Keyakinan ini bukan tanpa alasan, melainkan berangkat dari kombinasi faktor permintaan regional yang solid serta kondisi pasokan domestik yang relatif terjaga.

Direktur Indo Tambangraya Megah, Yulius Kurniawan Gozali, mengungkapkan ada tanda-tanda positif yang mendukung stabilitas harga emas hitam tersebut. Menurutnya, sejumlah negara di Asia masih menunjukkan peningkatan kebutuhan energi.

“Seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan,” kata Yulius belum lama ini.

Permintaan Asia Jadi Penopang

Pasar Asia tetap menjadi tulang punggung ekspor batu bara Indonesia. Lonjakan permintaan dari empat negara utama itu memberi sinyal kuat bahwa konsumsi energi fosil, khususnya batu bara, masih akan terus bertahan di tengah tren transisi energi global.

ITMG menilai permintaan yang berkembang dari kawasan Asia mampu menjaga harga batu bara tidak jatuh lebih dalam, meski ada tekanan dari sisi lain.

Pasokan Domestik Masih Cukup

Di sisi lain, Yulius menegaskan kondisi pasokan dalam negeri masih kokoh. Memang ada sejumlah tambang yang mengalami penurunan produksi karena curah hujan tinggi, namun secara keseluruhan suplai batu bara nasional dinilai tetap melimpah.

“Walaupun demand tumbuh, berkembang, karena suplai masih cukup banyak, kami hanya melihat bahwa harga masih akan stabil di level-level sekarang,” ujarnya.

Berdasarkan data Barchart, harga batu bara ICI Newcastle dengan kontrak terbanyak pada November 2025 tercatat di level US$102,85 per ton. Level harga ini menjadi acuan penting bagi industri batu bara global sekaligus barometer stabilitas pasar.

Dampak Terhadap Kinerja Keuangan

Stabilitas harga tentu erat kaitannya dengan performa finansial perusahaan. ITMG sendiri sempat menghadapi tekanan pada paruh pertama 2025 akibat pelemahan harga batu bara.

Meski volume penjualan meningkat 8% secara tahunan, pendapatan perseroan justru turun 12,4% menjadi US$919,4 juta pada semester I/2025. Penurunan pendapatan tersebut dipicu melemahnya average selling price (ASP) sebesar 19%, dari US$97 per ton pada semester I/2024 menjadi US$78 per ton pada periode yang sama 2025.

Manajemen menyebut faktor penurunan harga jual sebagai penyebab utama turunnya pendapatan. “Pendapatan turun 12% YoY, terutama disebabkan penurunan harga jual rata-rata,” ungkap pihak ITMG.

Ekspansi Pasar Ekspor

Walaupun menghadapi penurunan ASP, ITMG tidak berhenti memperluas pasar. Perusahaan bahkan mencatatkan ekspor ke wilayah baru sepanjang semester I/2025.

Ekspor ke Korea Selatan tercatat sebesar US$14,5 juta, sementara ekspor ke kawasan Eropa mencapai US$15,8 juta. Kedua destinasi ini sebelumnya tidak masuk daftar pasar ekspor ITMG pada periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi geografis, China masih menjadi tujuan utama ekspor batu bara ITMG dengan nilai mencapai US$243,2 juta. Namun, angka tersebut turun signifikan dibandingkan semester I/2024 yang mencapai US$361,9 juta.

Potret Industri Batu Bara

Situasi yang dialami ITMG mencerminkan kondisi industri batu bara global yang penuh dinamika. Di satu sisi, permintaan dari Asia masih kuat dan mendukung stabilitas harga. Namun, di sisi lain, tekanan harga tetap terasa akibat faktor eksternal seperti kebijakan transisi energi, kondisi cuaca yang memengaruhi produksi, hingga pelemahan indeks acuan batu bara.

Meski demikian, peluang ekspor ke pasar baru memberi ruang bagi ITMG untuk menjaga kinerja keuangan. Strategi diversifikasi pasar ini penting agar perusahaan tidak terlalu bergantung pada satu atau dua negara tujuan utama.

Proyeksi hingga Akhir Tahun

Dengan melihat permintaan yang konsisten serta suplai domestik yang cukup besar, ITMG memproyeksikan harga batu bara akan tetap bertahan di level saat ini hingga akhir 2025.

Bagi pelaku industri, harga yang stabil merupakan kabar baik. Kondisi ini memberi kepastian dalam menyusun rencana produksi maupun strategi ekspor.

Namun, investor tetap perlu mencermati tren harga global dan laporan kinerja keuangan emiten batu bara. Seperti diketahui, meskipun volume penjualan ITMG tumbuh, penurunan harga jual rata-rata tetap memberi dampak signifikan pada pendapatan perseroan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index